Bagaimana Menyikapi Karyawan Yang Berbalik Menjadi Kompetitor Bisnis Anda?

kompetitor bisnis

Bagaimana Menyikapi Karyawan Yang Berbalik Menjadi Kompetitor Bisnis Anda?

Menjalankan bisnis tidak selamanya mudah. Kompetitor akan senantiasa muncul setiap waktu selama bisnis Anda masih berjalan. Namun, apakah Anda siap mendapati karyawan yang berbalik menjadi kompetitor bisnis Anda?

Apakah Anda siap, mendapati karyawan yang selama ini Anda ajari dan beri kepercayaan sepenuhnya, kemudian keluar dari bisnis Anda dan menjalankan bisnis yang serupa dengan yang Anda jalankan?

Bagaimana Anda harus bersikap?

Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya mendengarkan cerita yang pernah diceritakan oleh salah satu guru bisnis saya.

Begini kisahnya :

“Suatu waktu, guru saya ini didatangi seorang ibu pengusaha katering. Ibu ini rupanya kesal dan bercerita sambil marah-marah perihal perilaku kedua kokinya yang memutuskan berhenti bekerja dan membuka bisnis serupa sambil mengajak 3 orang lain karyawan si Ibu sebagai tukang masaknya.

Semula, Ibu ini mendatangi tempat si kedua kokinya ini dan meluapkan amarahnya kepada mereka. Inti kemarahan si Ibu adalah betapa kedua orang ini tidak tahu terima kasih sudah bertahun-tahun dididik kok malah berkhianat.

Mendengar cerita si Ibu, guru saya ini lalu memberi nasihat agar si Ibu datang kembali menemui kedua mantan kokinya tadi untuk berbaikan sekaligus menanyakan, “Apa lagi yang kurang? Nanti saya bantu!”

Si Ibu kaget mendengar saran guru saya tersebut, “Lho, kok saya malah disuruh bantu mereka, Pak?”

Guru saya menjawab, “Sekarang, kemampuan produksi Ibu berapa banyak?”. Si Ibu menjawab, “200 porsi sehari, Pak.”

“Lalu, kalau Ibu dapat orderan 500 porsi, apakah Ibu akan menolak order tadi?”, lanjut guru saya bertanya.

Si Ibu terdiam.

Guru saya melanjutkan, “Jika Ibu tidak mau menolak orderan tadi, tapi Ibu hanya sanggup melayani 200 porsi, sisa 300 porsi kira-kira siapa yang bisa bantu Ibu untuk menyelesaikannya?”

Si Ibu menjawab, “Saat ini ya hanya dua mantan koki saya itu yang bisa bantu saya, Pak!”

“Nah, daripada Ibu malah tidak mendapat orderan, akan lebih baik kalau Ibu berbagi orderan dengan mereka, dan Ibu bisa mengambil untung dari situ.”, demikian guru saya menjelaskan.

“Saya yakin, kedua mantan koki Ibu itu juga akan melakukan hal yang sama kepada Ibu jika mereka mendapat kelebihan orderan nantinya.”, ucap guru saya melanjutkan.

Singkat cerita, ternyata si Ibu menuruti perkataan guru saya tadi dan akhirnya menjalin kerjasama dengan kedua mantan kokinya tadi.

Dan, saat ini, si Ibu bukan lagi melayani order 500 porsi per hari saja, tapi sudah meningkat menjadi 2000 porsi per hari.”

Bisnis yang Anda jalankan saat ini mungkin berada di area red ocean, di arena yang “berdarah-darah”. Berada red ocean berarti bisnis ini akan memiliki banyak kompetitor bisnis karena jenis bisnis dan komoditas yang dijual mudah ditiru oleh orang lain.

Di bisnis yang kondisinya demikian, berkolaborasi dengan pesaing adalah kunci agar bisnis Anda tetap bisa bertahan di sengitnya persaingan.

Alih-alih menjalankan strategi bertarung habis-habisan sampai berdarah-darah dan kemudian sekarat dan pada akhirnya mati, akan lebih baik jika Anda bisa berbesar hati dan melihat kesempatan berkolaborasi dengan setiap kompetitor bisnis Anda.

Sekitar 4 tahun yang lalu, saya juga pernah mendapatkan pengalaman yang hampir sama dengan cerita si Ibu.

Saat itu, salah satu koki saya hengkang dari kedai makan yang saya miliki. Rupanya dia diajak dan dimodali oleh salah satu kenalannya untuk membuka kedai makan yang menyajikan menu makanan utama yang serupa dengan kedai makan yang saya miliki.

Awalnya, saya pun marah dan tidak terima. Tapi, saya tidak punya keberanian untuk mendatangi mantan koki saya itu. Saya cuman berkeluh kesah ke orang-orang sekitar saya kala itu.

Namun, perlahan-lahan, saya sadar bahwa sikap saya yang demikian tidak akan mengubah apa-apa. Justru, dengan saya kehilangan koki dan mendapat pesaing, saya malah memiliki kesempatan untuk membuktikan kedai makan mana yang lebih baik. Semuanya saya ikhlaskan.

Singkat cerita, saya pun akhirnya lebih banyak fokus di peningkatan kualitas makanan dan originalitas rasa yang sudah dikenal bertahun-tahun oleh para pelanggan kedai makan saya ini.

Dengan cara ini, meskipun kedai makan baru itu mampu mendatangkan banyak pembeli termasuk para pelanggan saya di awal, tapi pada akhirnya para pelanggan tetap kembali ke kedai makan saya karena masalah kualitas dan originalitas rasa.

Tidak semua persaingan bisa diakhiri dengan kerjasama. Namun, jika masih memungkinkan, ada baiknya kerja sama ini dilakukan.

Rekomendasi artikel :   Produk Yang Hebat Mampu Memasarkan Dirinya Sendiri

Tips Untuk Mengurangi Kompetitor Bisnis Di Awal Membuka Bisnis

Sekadar tips jika Anda hendak memulai bisnis dan tidak ingin mendapatkan saingan terlalu banyak, yang harus Anda lakukan adalah membuat bisnis yang memiliki barrier-to-entry yang tinggi.

Apa itu barrier-to-entry?

Barrier-to-entry adalah tembok pembatas untuk dilewati oleh calon kompetitor bisnis. Semakin tinggi barrier-to-entry yang Anda ciptakan, semakin sulit pula Anda diganggu oleh pesaing.

Contoh kasus persaingan dengan barrier-to-entry yang tinggi adalah Coca-Cola versus Pepsi. Keduanya memiliki produk yang mirip yakni minuman bersoda yang dinamakan cola.

Keduanya senantiasa saling membayangi dalam persaingan dari awal mereka berdiri sampai sekarang. Dan keduanya menggurita dalam persaingan tersebut.

Secara tidak langsung, persaingan yang mereka lakukan pun menciptakan barrier-to-entry yang tinggi bagi para pesaing lainnya.

Tidak mudah jika ada perusahaan minuman soda lainnya berusaha menyaingi kebesaran Coca-Cola dan Pepsi saat ini.

Butuh usaha dan modal yang sangat masif untuk bisa merebut pasar besar yang sudah dikuasai kedua perusahaan raksasa tersebut.

Contoh lainnya adalah Indomie. Brand mi instan ini sudah sangat menancap di benak konsumennya di Indonesia, yang menjadikan barrier-to-entry yang sangat kokoh dan sulit ditembus pesaing.

Jika Anda bisa menciptakan barrier-to-entry yang levelnya tinggi, maka bisnis Anda akan sedikit memiliki kompetitor bisnis.

Namun, untuk menciptakan barrier-to-entry yang tinggi, modal Anda haruslah sangat besar atau Anda haruslah menjadi pionir yang menciptakan brand yang benar-benar menancap di benak konsumen-konsumen Anda.

Antisipasi Jika Karyawan Memutuskan Berhenti Bekerja dan Berubah Menjadi Kompetitor Bisnis

Di artikel berjudul Ditinggal Karyawan.. Haruskah Mengeluh?, saya pernah menuliskan pengalaman saya ditinggal oleh karyawan adalah hal yang lumrah dalam sebuah bisnis yang berjalan.

Di sinilah dibutuhkan kecakapan Anda sebagai seorang pemilik bisnis untuk tetap menjaga bisnis Anda tetap berjalan di jalurnya meskipun kekurangan karyawan.

Nah, hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa Anda sebagai pemilik bisnis harus paham menyeluruh mengenai gambaran dan seluk-beluk bisnis Anda. Bahkan jika mungkin, sampai sedetil-detilnya.

Dengan demikian, jika karyawan andalan Anda pergi meninggalkan Anda dan berubah menjadi pesaing, Anda sudah siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.

Sedikit saran, berdasarkan pengalaman saya, ketika Anda sedang membangun tim dan sistem di bisnis Anda, ada baiknya Anda menempatkan lebih dari satu orang personil dalam mengurusi sebuah peran.

Contohnya begini, di kedai makan saya, selain tukang masak andalan yang saya miliki, saya juga memiliki karyawan yang tugasnya salah satunya adalah membantu si tukang masak andalan saya tadi.

Jadi, misalnya si tukang masak ini tiba-tiba keluar, saya masih punya orang yang bisa saya jadikan tukang masak, yakni si asisten tukang masak tadi.

Lalu, jika kedua orang itu tiba-tiba keluar bersamaan?

Untuk itulah pentingnya Anda mengetahui seluk-beluk bisnis Anda dan membangun sistemasi bisnis.

Dengan adanya sistem, tentu SOP (Standard Operational Procedure) proses memasak sudah Anda kuasai, yang nantinya bisa Anda ajarkan kepada orang baru sekalipun. Sehingga, Anda tidak perlu memiliki ketergantungan terhadap salah satu karyawan Anda.

Artikel berjudul Siap-Siap Tutup Lapak, Kalau Anda Hanya Sekadar Berjualan Saja Tapi Tidak Punya Sistem Bisnis ini sangat jelas menggambarkan pentingnya memiliki sebuah sistem bisnis yang bisa berjalan dengan pengawasan yang minimal.

Demikian, sedikit paparan mengenai potensi karyawan yang berubah menjadi kompetitor bisnis Anda. Semoga bisa menambah wawasan Anda dalam menjalankan bisnis.

Salam sukses selalu.

download ebook videobook gratis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *