Pelatihan karyawan adalah sesuatu yang harus menjadi agenda utama sebuah perusahaan atau bisnis dalam rangka meningkatkan kapasitas diri sekaligus sebagai salah satu agar sebuah bisnis mampu menjadi bisnis yang berkelanjutan.
Di artikel sebelumnya, sudah dibahas bagaimana inhouse training atau pelatihan yang dilakukan oleh internal perusahaan melalui para manajernya mampu meningkatkan produktivitas para karyawan secara signifikan. Selain itu, dampak jangka panjangnya mampu membuat perusahaan menjadi lebih kompetitif dan mampu bertahan di tengah persaingan bisnis yang luar biasa keras.
Selain inhouse training, banyak juga perusahaan yang menyelenggarakan pelatihan di luar (exhouse training). Tujuannya sama dengan inhouse training, sama-sama untuk meningkatkan kapasitas diri para karyawan perusahaan.
Nah, meskipun bertujuan sama, yakni meningkatkan kapasitas diri karyawan, pelatihan-pelatihan yang diadakan perusahaan tidak serta merta memiliki efek yang sama antarsatu dengan pelatihan yang lain.
Ada pelatihan yang benar-benar berdampak bagus terhadap karyawan, tapi seringkali juga banyak pelatihan yang tidak menimbulkan dampak signifikan bagi kinerja karyawan.
Oleh sebab itu, diperlukan sebuah metodologi pengukuran yang mampu mengukur efektivitas pelatihan terhadap karyawan.
Sebelum masuk terlalu jauh, artikel kali ini hanya akan membahas 4 tingkatan pengukuran efektivitas pelatihan karyawan yang bisa dijadikan acuan bagi sebuah bisnis atau perusahaan dalam melakukan pelatihan bagi karyawannya.
4 Tingkat Efektivitas Pelatihan
Tingkat #1 : Reaction (Reaksi)
Tingkat ke-1 dari tahap evaluasi efektivitas pelatihan adalah mengukur Reaction atau reaksi dari para peserta training.
Dalam mengukur hal ini diberikan sebuah evaluasi dari reaksi peserta pelatihan terhadap program yang diberikan. Misalnya :
- apakah peserta menyukai program pelatihan ini?
- apakah peserta merasa program ini bermanfaat?
- apakah materinya bagus
- apakah peserta suka
- apakah peserta puas dgn instruktur
- apakah peserta nyaman dengan infrastruktur atau fasilitasnya?
- apakah materi relevan dengan pekerjaan mereka apa tidak
Evaluasi tingkat ke-1 ini biasanya diselenggarakan dalam bentuk kuesioner oleh fasilitator pelatihan.
Dari segi frekuensi diadakan, nilai informasi, serta kesulitan dalam melakukan penilaian, Evaluasi Tingkat #1 ini, dapat digambarkan sebagai berikut :
- Frekuensi penggunaan : paling sering
- Nilai informasi : kurang berharga
- Kesulitan penilaian : mudah
Tingkat #2 : Learning (Pembelajaran)
Di tingkat ke-2, evaluasi diadakan untuk menentukan tingkat pembelajaran yang dialami oleh para peserta pelatihan.
Di tahap ini, evaluasi dilakukan dalam rangka menguji peserta pelatihan untuk menentukan apakah mereka telah mempelajari prinsip, keterampilan, dan pengetahuan yang telah mereka pelajari.
Biasanya fasilitator pelatihan akan mengajukan serangkaian pertanyaan terkait tentang pengetahuan atau keterampilan yang diberikan di pelatihan kepada para peserta.
Dari segi frekuensi diadakan, nilai informasi, serta kesulitan dalam melakukan penilaian, Evaluasi Tingkat #2 ini, dapat digambarkan sebagai berikut :
- Frekuensi penggunaan : sering
- Nilai informasi : berharga
- Kesulitan penilaian : cenderung mudah
Tingkat #3 : Behaviour Application (Perubahan Perilaku)
Di level ke-3 ini, evaluasi dilakukan untuk menanyakan apakah perilaku peserta pelatihan berubah karena program pelatihan.
Sebagai contoh, Anda bisa melihat perubahan perilaku sebagai berikut :
- apakah karyawan di departemen pengaduan berlaku lebih sopan daripada sebelumnya dalam menerima ketidakpuasan pelanggan?
- apakah para teknisi menjadi lebih taat dalam mematuhi aturan keselematan kerja ketika melakukan proses perawatan mesin secara berkala?
Dari segi frekuensi diadakan, nilai informasi, serta kesulitan dalam melakukan penilaian, Evaluasi Tingkat #3 ini, dapat digambarkan sebagai berikut :
- Frekuensi penggunaan : agak jarang
- Nilai informasi : berharga sekali
- Kesulitan penilaian : agak sulit
Tingkat #4 : Business Impact (Dampak Pada Bisnis Perusahaan)
Dari semua level evaluasi pengukuran efektivitas pelatihan, Level #3 dan Level #4 adalah dua tingkatan yang paling penting untuk Anda lakukan.
Mengapa?
Karena jika di level #3 Anda bisa mengukur perubahan sikap peserta pelatihan, sedangkan di level #4, Anda mengukur dampak perubahan sikap tersebut terhadap bisnis atau perusahaan secara umum.
- apakah dampak pelatihan terhadap kinerja bisnis?
- apakah terjadi penurunan jumlah keluhan pelanggan?
- apakah terjadi peningkatan jumlah penjualan?
- apakah jumlah cacat mutu menurun?
- dan lain sebagainya.
Dari segi frekuensi diadakan, nilai informasi, serta kesulitan dalam melakukan penilaian, Evaluasi Tingkat #4 ini, dapat digambarkan sebagai berikut :
- Frekuensi penggunaan : jarang dilakukan
- Nilai informasi : sangat (paling) berharga
- Kesulitan penilaian : sulit
DEMIKIAN, 4 tingkatan evaluasi pengukuran efektivitas pelatihan yang harus Anda lakukan agar bisa mengukur bagaimana imbal hasilnya bagi kinerja perusahaan dalam jangka panjang.
Setelah Anda memahami keempat tingkatan tadi, tujuan Anda selanjutnya adalah mengupayakan untuk bisa mengukur setiap pelatihan yang Anda lakukan agar bisa mencapai Level ke-4, yakni level business impact.
Hal tersebut perlu dilakukan agar Anda bisa mengukur seberapa besar ROI (Return In Investment) sebuah pelatihan yang diadakan dengan biaya tertentu terhadap peningkatan omset atau keuntungan perusahaan secara langsung.
Jika Anda tidak bisa melakukan ini, maka setiap pelatihan yang Anda adakan akan sia-sia karena tidak ada cara untuk mengukur pengaruhnya secara langsung ke bisnis atau perusahaan Anda.
Bagaimana cara untuk mengukur ROI pelatihan karyawan? Nantikan di artikel selanjutnya ya.
Baca Artikel Terkait
Pingback: Metode Praktis Untuk Mengukur Dampak Pelatihan Karyawan Terhadap Perkembangan Bisnis - Celoteh Bisnis
Apa saja yang bisa dipakai dalam mengukur level 3 ? Terimakasih atas jawabannya