Bagi Anda yang sudah memulai bisnis dan memiliki karyawan, tentu Anda akan merasakan bahwa keberadaan karyawan sangat membantu Anda dalam operasional bisnis Anda. Apalagi jika bisnis Anda sudah berkembang dan sudah tidak mungkin lagi dikerjakan seorang diri oleh Anda sebagai pemilik bisnis, tentu keberadaan karyawan sudah menjadi bagian vital dalam bisnis Anda. Masalah karyawan tentunya sudah menjadi bagian dari keseharian bisnis Anda.
Nah, jika saat ini Anda sudah memiliki beberapa karyawan, saya ucapkan, “SELAMAT!”, artinya Anda sudah memantaskan diri dan diberi amanah menjadi saluran rejeki bagi beberapa orang yang menjadi bagian dari tim bisnis Anda. Jangan takabur dan tinggi hati ya! 🙂
Oya, di tulisan kali ini, saya cuman ingin berbagi pengalaman dan beberapa trik yang saya lakukan ketika bisnis kuliner yang saya miliki mengalami masalah kekurangan karyawan yang berkepanjangan. Kenapa saya sebut berkepanjangan? Karena kondisinya, terjadi turn-over karyawan yang sangat sering dalam waktu yang relatif lama (hampir 4 bulan). Penasaran dengan ceritanya? Yuk, siapkan kopi panas dan cemilan dulu.
Jadi begini ceritanya, kisah ini saya alami justru pada saat saya hendak melakukan pengembangan bisnis kuliner yang saya miliki. Waktu itu, rencananya saya hendak membuka cabang baru dengan pertimbangan bahwa kedua cabang bisnis kuliner yang saya miliki sudah stabil dari sisi omset dan sudah saya anggap mampu berjalan dengan pengawasan yang minimal.
Entah kenapa, tak ada angin tak ada hujan (hehe.. lebay.. ), tiba-tiba saja beberapa orang karyawan saya mengundurkan diri dengan alasan bermacam-macam. Tak mau pikir panjang, saya memutuskan segera merekrut karyawan pengganti dan melakukan training terhadap mereka. Tak lama berselang, karyawan-karyawan baru ini mengundurkan diri tanpa alasan jelas. Saya coba rekrut pegawai baru lagi, dan hasilnya pun sama, mereka pun hanya bertahan dalam tempo singkat saja. Dan hal ini terus berulang sampai hampir 4 bulan lamanya.
Setelah beberapa kali terjadi keluar-masuk karyawan secara terus-menerus, saya coba melakukan evaluasi dan mencari masukan dari beberapa orang yang memiliki bisnis dengan karyawan yang lebih banyak dari yang saya miliki.
Nah, berikut ini adalah beberapa poin yang jadi bahan evaluasi saya ketika itu terkait dengan mengapa karyawan tidak betah bekerja di tempat saya :
- Lama jam kerja ~> apakah lama waktu karyawan bekerja masih memungkinkan mereka memiliki kehidupan pribadi yang berkualitas di luar jam kerjanya?
- Gaji ~> apakah besar gaji yang mereka terima sudah sesuai dengan kebutuhan mereka dan memiliki nilai yang kurang lebih sama untuk sektor bisnis sejenis?
- Beban pekerjaan ~> apakah beban tanggung jawab dan jenis pekerjaan yang diberikan sesuai dengan kapasitas individu karyawan tersebut?
- Jaminan masa depan ~> apakah dengan bekerja di tempat saya, mereka mendapatkan jaminan peningkatan kesejahteraan seiring berjalannya waktu? Misalnya jaminan kesehatan dan jaminan kenaikan gaji setiap tahunnya.
- Kenyamanan dalam bekerja ~> seringkali, besaran gaji adalah prioritas kesekian dibandingkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.
- Faktor langit ~> sebagai manusia, saya ajak Anda untuk sering-sering mengevaluasi hubungan kita dengan Sang Pencipta, dan mencari makna dibalik segala kejadian yang terjadi sambil berupaya melakukan perbaikan-perbaikan dimulai dari hal kecil misal memperbaiki dan memperbanyak ibadah, sedekah, dan lain-lain.
Dari beberapa poin evaluasi tersebut, saya refleksikan terhadap kondisi bisnis saya setahun terakhir. Dan memang, secara jujur, saya akui ternyata selama ini fokus saya terhadap bisnis lebih banyak terkait dengan peningkatan omset dan laba dari bisnis saya, dan cenderung mengabaikan kesejahteraan karyawan.
Hasil evaluasi ini menjadi pegangan bagi saya dalam mengarahkan bisnis dan  sistemnya. Fokus bisnis mulai saya geser, selain berfokus pada keuntungan, saya juga mulai memfokuskan diri pada kesejahteraan dan kebahagiaan karyawan saya. Harapannya adalah bahwa di masa mendatang, saya akan memiliki tim karyawan yang solid dan bahagia dalam menjalankan bisnis yang saya miliki.
Studi menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara kebahagiaan dan tingkat produktivitas seseorang.
Jadi, tunggu apalagi? Yuk, mulai sukseskan bisnis kita dengan cara membahagiakan tim karyawan kita terlebih dahulu! ^^
Baca Artikel Terkait
Pingback: Penerapan Teori X dan Teori Y Pada Manajemen Sumber Daya Manusia UKM - Celoteh Bisnis