Kerugian biasanya diukur dengan sejumlah uang yang hilang dalam proses berbisnis. Namun, bagi saya, kerugian ini memiliki nilai rasa. Ya, nilai rasa dari sebuah kerugian inilah yang berbeda bagi setiap orang.
Banyak yang bertanya kepada saya, “Berapa sih modal untuk memulai usaha?” atau “Dulu, sewaktu memulai usaha, emang gak takut rugi ngeluarin duit segitu?” atau, “Saya punya uang simpanan 50 juta rupiah, kira-kira cukup gak ya untuk dijadikan modal usaha?”
Bagi saya, cukup tidaknya jumlah uang yang harus kita keluarkan untuk memulai sebuah usaha bukan semata-mata tergantung dari kebutuhan pembiayaan awal usaha yang kita rintis saja, tetapi terkait dengan rasa hati untuk merelakan sejumlah uang tersebut hilang jika usaha yang kita rintis tersebut merugi di kemudian hari.
Nilai dari sejumlah uang itu berbeda antara satu dengan orang lain. Maksudnya begini, bagi sebagian orang, uang sejumlah 50 juta rupiah itu mungkin bernilai kecil dan tidak terlalu berpengaruh jika uang tersebut hilang dalam sebuah usaha yang merugi. Tetapi, bagi sebagian orang lain, uang sejumlah 10 juta mungkin dirasakan cukup besar, sehingga jika uang sejumlah itu hilang dalam kerugian bisnis, maka kondisi keuangan si pemilik uang akan terganggu.
Lalu pertanyaan selanjutnya, berapa sih jumlah uang yang sebaiknya dikeluarkan sebagai modal awal memulai bisnis? Yuk, kita bahas lebih dalam lagi sembari menikmati segelas kopi hangat.
Mungkin Anda pernah membaca beberapa artikel bisnis yang mengatakan bahwa membuka bisnis itu tidak perlu modal, bla bla bla… benarkah? Ya, bisa saja benar, tergantung jenis bisnis dan bagaimana si pemilik menjalankan bisnisnya. Maksudnya?
Maksudnya begini, jika Anda memulai bisnis dropship, tentu Anda tidak perlu keluar biaya apa-apa untuk memulai bisnis. Anda cukup mempromosikan barang jualan Anda ke teman-teman terdekat, keluarga, atau kenalan Anda, dan jika ada pembelian, Anda tinggal menghubungi supplier dropship Anda dan memintanya mengirimkan barang. Praktis, Anda tidak perlu keluar uang sama sekali untuk memulai bisnis jenis ini.
Akan tetapi, jika semisal Anda ingin mempromosikan barang jualan Anda ini lebih gencar lagi lewat beriklan di Facebook atau Instagram, tentu Anda mesti keluar sejumlah uang. Bisa jadi juga, suatu saat Anda merasa sudah saatnya melakukan pembelian barang stok, sehingga ketersediaan barang yang Anda jual tidak melulu bergantung kepada ketersediaan supplier dropship Anda. Nah, di sini Anda mulai membutuhkan sejumlah uang.
Beda cerita lagi jika Anda memulai sebuah bisnis yang memerlukan pembelian perlengkapan, sewa tempat, dan lain-lain, misalnya bisnis berjualan bakso, maka Anda dapat dipastikan harus mengeluarkan sejumlah uang di awal bisnis yang Anda rintis tersebut.
Jika Anda tidak punya uang, Anda bisa saja bekerja sama dengan rekan Anda yang memiliki uang untuk memberi pinjaman modal kepada Anda. Atau bisa juga Anda bekerja sama dengan rekan Anda tersebut sebagai pemodal dan Anda yang menjalankan bisnis tersebut dengan modal waktu, tenaga, dan keahlian tanpa keluar sepeser rupiah pun.
Well, apapun bentuknya, di suatu saat ketika Anda mulai merintis bisnis ataupun hendak membesarkan bisnis Anda, ada sejumlah uang yang harus Anda keluarkan. Uang ini bisa uang Anda sendiri ataupun uang yang Anda pinjam dari orang lain.
Jadi kembali lagi, berapa jumlah uang yang sebaiknya kita keluarkan ketika memulai sebuah bisnis atau membesarkan bisnis? Jawaban paling masuk akal dan logis bagi saya untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah : besar uang yang sebaiknya kita gunakan untuk memulai bisnis adalah sejumlah uang yang siap kita ikhlaskan hilang jika bisnis yang kita rintis tersebut gagal dan merugi.
Sejumlah uang ini memiliki nilai rasa yang berbeda di tiap orang. Seperti di awal sudah saya sebutkan, besarnya jumlah uang yang siap diikhlaskan jika merugi ini tentu bergantung dari kondisi keuangan masing-masing orang. Jadi, perhitungkan dengan matang keuangan Anda sebelum Anda memulai bisnis Anda. Perhitungkan cadangan kas untuk keuangan sehari-hari Anda, cadangan kas untuk biaya-biaya tak terduga, dan lain lain.
Mengapa saya menggunakanan kata-kata, “ikhlas jika merugi”? Ya, karena memang selalu ada resiko merugi jika kita berbisnis, sebanding dengan berlipat-lipatnya keuntungan yang mungkin kita peroleh juga toh.
Semakin kita ikhlas, semakin cepat pula kita bangkit jika bisnis kita merugi dan bangkrut.
Setuju? ^^
Baca Artikel Terkait