3 Perubahan Yang Harus Dilakukan Para Pelaku Bisnis Retail Agar Mampu Bertahan di Era Disruptif

era disruptif bisnis retail

3 Perubahan Yang Harus Dilakukan Para Pelaku Bisnis Retail Agar Mampu Bertahan di Era Disruptif

Saat ini, banyak bisnis retail mengalami disrupsi oleh model bisnis yang dijalankan para pemain retail online raksasa seperti Alibaba dan Amazon.

Para raksasa bisnis retail online ini konsisten mengeluarkan inovasi-inovasi yang cepat dan senantiasa berubah sembari membuatnya tersedia dalam jaringan mereka dalam skala besar dan dengan ongkos yang murah.

Tren ini diikuti dengan tren pola belanja masyarakat yang kini mulai bergeser ke arah pembelian secara online. Tren ini pun diikuti pihak produsen (industri manufaktur) yang kini mulai beralih melakukan penjualan secara langsung kepada konsumen secara online dengan cara memotong jalur para pedagang perantara.

Fenomena ini bukan saja terjadi di satu atau dua area retail, tapi hampir di seluruh area yang meliputi buku, hiburan, peralatan rumah tangga, fashion, makanan, jasa keuangan, dan bahkan sumber daya energi.

Baca juga bagaimana era digital mendorong perubahan besar-besaran dalam dunia industri secara umum : Sumber Daya Paling Berharga di Era Digital Ini Bukan Lagi Minyak, Melainkan Data.

Para pedagang retail yang mampu bertahan adalah mereka yang paham bagaimana menghadapi fenomena disrupsi ini sebagai hal yang lumrah dalam suatu industri. Para pedagang retail ini mau tidak mau harus beradaptasi atau mereka akan digilas oleh kompetitornya yang lebih mampu dalam beradaptasi.

Untuk mengakomodir perubahan mendasar pada model bisnis di tengah fenomena disrupsi seperti ini, para pemimpin dunia retail pada umumnya mengikuti 3 Prinsip Pedoman yang telah dikembangkan melalui mekanisme trial-error.

Apa saja 3 Prinsip Pedoman tersebut?

Prinsip #1 : Perkuat Tim di Level Tengah

Setiap perubahan strategi perusahaan, akan berimbas kepada para pegawai di level menengah manajemen.

Itulah sebabnya Amazon dan Alibaba sengaja menciptakan tim yang beranggotakan orang-orang berbagai divisi di seluruh kantor perusahaan untuk menciptakan dan memasarkan produk dengan cara-cara baru.

Tim ini secara teratur akan menghasilkan inovasi-inovasi yang membuat perusahaan retail online ini mampu untuk terus-menerus menelurkan produk-produk dan layanan baru yang lebih cepat daripada para pesaingnya.

Tim yang diperlukan untuk melakukan tugas semacam ini baiknya diambil dari berbagai divisi seperti keuangan, penjualan, HRD, dan pembuatan produk. Dengan mengumpulkan tim yang terdiri dari berbagai latar belakang, tim ini diharapkan mampu membuat berbagai terobosan dalam hal produk, marketing, manajemen toko, harga, dan berbagai hal lain yang bisa membuat terobosan.

Beberapa bisnis retail lain menerapkan strategi yang agak berbeda.

Ada perusahaan yang membuat tim riset tadi di lingkungan khusus yang terpisah dari struktur bisnis yang ada dan berjalan. Ada juga yang memanfaatkan semacam inkubator bisnis untuk melakukan percobaan-percobaan inovasi baru atau bereksperimen dengan teknologi baru.

Agar bertahan di era disrupsi yang begitu cepat, perusahaan-perusahaan retail raksasa ini senantiasa memperbaiki bisnisnya dengan cara menganjurkan agar para pekerjanya meninggalkan cara-cara lama dalam bekerja dan mendorong mereka untuk menciptakan sistem baru seolah-olah mereka sedang memulai dari nol.

Prinsip #2 : Melibatkan Para Pemimpin Eksekutif Dalam Penyelesaian Permasalahan di Garis Depan

Di Amazon, para eksekutifnya diharuskan untuk mau dan mampu terjun ke dalam proses pengambilan keputusan di level menengah manajemen sekaligus mampu berpikir besar dalam hal strategi perusahaan.

Rekomendasi artikel :   Kunci Bisnis Sukses : 3 Faktor Utama

Para pemimpin eksekutif ini akan didampingi oleh pegawai junior yang memang dalam kesehariannya berahadapan dengan masalah-masalah riil sehari-hari.

Dengan cara demikian, Amazon mampu secara cepat mengambil keputusan dalam setiap permasalahan karena para pemimpinnya senantiasa bersentuhan dengan permasalahan-permasalahan yang ada di garis depan perusahaan.

Alternatif lain yang digunakan agar para eksekutif ini mampu memahami masalah-masalah riil di lapangan adalah dengan mengikutsertakan mereka dalam rapat-rapat harian singkat. Melalui rapat singkat ini, segala usulan solusi atau ide baru bisa langsung memperoleh ijin pelaksanaan oleh para eksekutif.

Hal ini mempersingkat jalur birokrasi konvensional yang biasanya membutuhkan waktu yang lama dan berbelit. Dengan cara ini, perusahaan akan mendapatkan implementasi dari ide-ide segar dalam tempo yang relatif cepat.

Prinsip #3 : Miliki Budaya “Gagal Dengan Cepat”

Perusahaan bisnis retail raksasa ini juga berusaha hidup dalam budaya yang mana kegagalan adalah sesuatu yang lumrah, yang harus segera diperbaiki, diubah arahnya, atau dicarikan solusi barunya.

Budaya untuk “gagal dengan cepat” ini membuat setiap orang di perusahaan, termasuk level ekskutif, memiliki insting untuk secepat mungkin menghindari kegagalan, jika tanda-tandanya sudah di depan mata.

Pada praktiknya, Amazon membagi kegagalan berdasarkan jenis keputusan yang diambil, yakni :

Keputusan Satu Arah

Dalam keputusan satu arah, keputusan yang diambil sangat sulit untuk dibatalkan atau diperbaiki jika salah. Contohnya adalah keputusan terkait merger perusahaan, akuisisi, dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu, dalam mengambil keputusan jenis satu arah ini, haruslah dalam kondisi yang penuh kehati-hatian, penuh perhitungan, dan tidak buru-buru.

Keputusan Dua Arah

Jenis keputusan dua arah ini adalah jenis keputusan yang efeknya masih bisa diperbaiki jika ternyata salah. Contohnya adalah peluncuran produk baru atau penetapan kenaikan harga suatu produk.

Jika ternyata konsekuensi dari pengambilan keputusan jenis dua arah ini salah, efeknya tidak akan membuat perusahaan sampai rugi besar atau bangkrut.

Oleh sebab itu, Amazon seringkali mendorong agar tim bisnis mereka agar cepat dalam mengambil keputusan jika keputusan ini termasuk dalam kategori dua arah.

Dengan pola pikir, bahwa gagal itu wajar, maka Amazon mampu secara teratur dan cepat membuat terobosan-terobosan baru terkait inovasi produknya.

Demikian, 3 perubahan yang diterapkan oleh para raksasa dunia retail online dalam memenangi persaingan di era distruptif ini, yakni, memperkuat tim, membuat level pimpinan eksekutif memahami masalah-masalah di lapangan, dan menjadikan budaya gagal dengan cepat sebagai bagian dari keseharian proses bisnis.

Pada akhirnya, para raksasa bisnis retail online ini telah mampu menjadikan fenomena disrupsi sebagai bagian alami dalam keseharian sistem bisnisnya.

Keberadaan disrupsi ini justru diubah menjadi kekuatan untuk senantiasa melahirkan inovasi-inovasi baru yang semakin memperkuat bisnis retail mereka.

Jika Anda mau belajar dari mereka, maka berhadapan dengan disrupsi di era yang serba cepat ini akan terasa lebih alami bagi Anda.

download ebook videobook gratis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *