Ditinggal Karyawan.. Haruskah Mengeluh?

confused

“The best way to escape from a problem is to solve it.” – Alan Saporta

Mungkin sebagian dari Anda yang sudah memulai bisnis, kini sudah memiliki beberapa karyawan untuk membantu Anda dalam menjalankan operasional bisnis Anda. Keberadaan mereka tentunya sangat penting karena mereka meringankan beban pekerjaan Anda sebagai seorang pebisnis.

Dengan adanya karyawan, alih-alih menghabiskan energi terlalu banyak mengurusi tetek bengek operasional bisnis, Anda kini bisa berfokus pada hal-hal yang menurut Anda penting untuk pengembangan bisnis Anda.

Namun, perjalanan bisnis seringkali tidaklah mulus. Di saat Anda merasa mulai nyaman dengan kondisi ini, tiba-tiba Anda ditinggal karyawan satu per satu atau bahkan semua karyawan Anda bisa saja berhenti bekerja (mengundurkan diri) tanpa alasan jelas. Jika hal ini terjadi, dapat dipastikan bahwa operasional bisnis Anda akan terganggu bahkan terancam stop beroperasi karena ketiadaan karyawan.

Hal ini seringkali terjadi untuk usaha-usaha kecil menengah (skala UKM) dengan sistem manajemen yang masih tradisional dengan jumlah karyawan yang sedikit. Lalu apakah hal ini wajar sehingga perlu dimaklumi? Sebelum membahas lebih lanjut, yuk simak kisah yang pernah saya alami beberapa waktu yang lalu mengenai hal ini.

Kisah ini terjadi di penghujung libur Idul Fitri. Di masa-masa akhir liburan, tiba-tiba saya mendapat sms dari salah satu karyawan saya yang mengatakan bahwa dia dan beberapa karyawan lain tidak akan datang (dari libur mudik) untuk kembali bekerja. Dan betul saja, di hari ketika seharusnya karyawan sudah seharusnya bekerja, ternyata hanya 2 orang dari 10 orang karyawan saya yang kembali bekerja. 8 Orang lainnya, mengundurkan diri tanpa alasan jelas dan bahkan beberapa tidak memberi kabar.

Mendadak saya lemas, gelisah, marah, tapi hanya bisa diam. Sudah terbayang di benak saya, bahwa tidak mungkin 2 kedai makanan yang saya miliki beroperasi full, karena sudah jelas saya kekurangan karyawan. Dalam diam, saya hanya bisa bertanya-tanya apa salah saya sehingga karyawan saya tega meninggalkan pekerjaan tanpa ada kabar sedikitpun.

Setelah cukup lama merenung, akhirnya hari itu saya putuskan untuk melakukan persiapan membuka 1 kedai terlebih dahulu sembari membuka lowongan pekerjaan mencari karyawan-karyawan baru. Saya kumpulkan 2 orang karyawan saya yang tersisa, kami ngobrol panjang lebar mengenai kemungkinan mengapa karyawan yang lain tidak kembali bekerja. Setelah saling berbagi cerita panjang lebar, hari itu saya tutup dengan briefing singkat kepada 2 karyawan saya tersebut untuk persiapan membuka salah satu kedai esok harinya.

Singkat cerita, selama 1 minggu, saya hanya mengoperasikan 1 kedai saja ditemani 2 karyawan saya tadi. Dan rupanya, Tuhan sungguh baik hati pada saya, dalam 1 minggu tersebut, saya berhasil memperoleh 8 orang karyawan baru untuk saya training menjalankan kedai.

Setelah training intensif beberapa hari untuk para karyawan baru, akhirnya kurang dari waktu seminggu, kedua kedai saya bisa beroperasi secara normal.

Oke, sekarang kembali ke bahasan semula. Apakah wajar sebuah bisnis ditinggal oleh karyawan seperti itu? Intinya sih begini, kalau karyawan tidak betah bekerja kepada kita, jangan menyalahkan mereka. Ambil tanggung jawab bahwa kita sebagai owner-lah yang salah. Di sisi lain, setiap karyawan  memiliki hak untuk hidup sesuai keinginan mereka, untuk berkembang menjadi lebih baik. Jadi, jika menurut mereka dengan bekerja kepada kita ternyata tidak bisa mendapatkan hal-hal yang mereka impikan, ya sangat sah jika mereka berpindah kerja ke tempat yang lain.

Rekomendasi artikel :   2 Cara Sederhana Untuk Membangun Bisnis Yang Tampak Mustahil

Sampai sini, sudah mulai paham kan?

Oke.. lanjut..

Nah, selanjutnya, adalah tugas Anda sebagai pemilik bisnis untuk bisa memberikan lingkungan kerja yang bisa mendukung impian masing-masing karyawan yang Anda miliki. Dari pengalaman yang saya miliki, beberapa impian karyawan yang mungkin bisa kita bantu wujudkan di lingkungan bisnis yang kita miliki antara lain :

  • Kehidupan yang lebih sejahtera ~> bisa diwujudkan dengan memberikan gaji yang sesuai kebutuhan mereka. Patokannya adalah UMR (upah minimum regional) daerah tempat bisnis kita berada. Kalaupun misalkan bisnis yang sedang Anda rintis belum mampu menggaji karyawan sesuai UMR, minimal gajilah di angka kecukupan mereka. Anda bisa tanyakan hal tersebut di awal interview ketika menerima karyawan baru. Berilah bonus sesuai prestasi kerja seiring kenaikan omset bisnis Anda. Jika bisnis Anda sudah berkembang, mulai secara bertahap memberikan gaji minimal senilai UMR tadi.
  • Aktualisasi Diri ~> setiap manusia, tidak terkecuali karyawan Anda, pasti membutuhkan rasa pengakuan akan hasil kerjanya. Berikan pujian dan bonus jika memang karyawan Anda layak mendapatkannya. Berikan “ruang” berpendapat bagi karyawan pada saat evaluasi dilakukan. Dengarkan keluh-kesah mereka, karena mereka adalah “keluarga” bagi Anda. Jangan menganggap mereka sebagai bawahan Anda semata, karena sebenarnya posisi Anda dan mereka adalah kerjasama yang saling membutuhkan dan mestinya saling menguntungkan. Karyawan adalah “partner” Anda dalam berbisnis dengan deskripsi pekerjaan tertentu.
  • Kehidupan yang berkualitas ~> berikan hak waktu libur yang cukup bagi karyawan Anda. Batasi jam kerja sesuai waktu yang wajar. Kalaupun harus lembur, berikan insentif yang sesuai untuk menggantikan waktu mereka. Karyawan Anda juga memerlukan waktu berkualitas untuk diri mereka sendiri dan keluarganya.
  • Pengembangan diri ~> secara berkala, berikanlah training/pelatihan kepada karyawan untuk meningkatkan skill, karir, dan pengetahuan mereka. Anda tidak mungkin memiliki bisnis besar tanpa tim yang kuat. Melalui training-training inilah Anda secara bertahap membentuk pondasi bagi tim yang akan membesarkan bisnis Anda.

Akhir kata, tidak ada maksud saya menggurui Anda. Tulisan ini adalah hasil pengalaman dan refleksi saya menjalankan bisnis. Masih banyak kekurangan yang perlu disempurnakan. Mungkin Anda bisa memberi masukan lain? 🙂

download ebook videobook gratis

One comment on “Ditinggal Karyawan.. Haruskah Mengeluh?
  1. Pingback: Bagaimana Menyikapi Karyawan Yang Berbalik Menjadi Kompetitor Bisnis Anda? - Celoteh Bisnis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *